• ,
  • - +

Kabar Perwakilan

Tragis di RSUD Djoelham Binjai: Dua Pasien Meninggal, Ombudsman Temukan Maladministrasi Parah
PERWAKILAN: SUMATERA UTARA • Jum'at, 04/07/2025 •
 
Kepala Perwakilan Ombudsman Sumatera Utara

 PR-MEDAN-Pelayanan kesehatan di RSUD Djoelham Binjai kembali menjadi sorotan tajam.

Dua nyawa melayang dalam waktu berdekatan, memunculkan dugaan kelalaian fatal yang kini tengah diselidiki oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara.

Salah satu kasus yang paling menyita perhatian adalah kematian tragis seorang pasien lansia berusia 75 tahun saat menjalani proses hemodialisis atau cuci darah.

Alarm mesin berbunyi, menandakan ketiadaan air, namun nyawa korban tak terselamatkan.

Keluarga pasien yang curiga lantas melapor ke Polda Sumut dan menyurati DPRD serta Inspektorat Binjai.

Tak hanya itu, kasus lain yang turut mengguncang publik adalah meninggalnya bayi berusia 11 bulan bernama MAP.

Bayi malang itu disebut meninggal dunia setelah terlalu lama menunggu kehadiran dokter spesialis anak.

Ia bahkan harus bermalam tanpa penanganan yang layak sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir di ruang perawatan RSUD Djoelham.

Ombudsman Ungkap Kelalaian Sistemik : Mesin Canggih, Tapi Tak Ada Air

Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Herdensi, dalam konferensi pers Kamis 3 Juli 2025, menegaskan adanya maladministrasi serius di RSUD Djoelham Binjai.

"Dari hasil pemeriksaan kami, terbukti pihak rumah sakit lalai dalam memastikan pasokan air untuk mesin cuci darah tetap tersedia. Ini bentuk kelalaian sistemik, bukan sekadar insiden teknis," ujar Herdensi.

Menurutnya, seharusnya rumah sakit memiliki sistem pengawasan atau setidaknya alarm kontrol yang aktif mendeteksi suplai air.

Namun yang terjadi, tidak ada mitigasi dini saat air mendadak tidak mengalir, hingga akhirnya mengakibatkan kematian pasien.

Fasilitas Buruk, Tanggung Jawab Dokter Dipertanyakan

Tak hanya fokus pada kasus cuci darah, Ombudsman juga menemukan sederet masalah mendasar di fasilitas RSUD Djoelham.

Mulai dari air kran yang tak mengalir, wastafel tanpa sabun, AC mati, hingga pelayanan medis yang dianggap tak sesuai standar.

"Dokter seharusnya bertanggung jawab terhadap pasien sejak awal hingga tuntas, bukan lepas tangan saat fasilitas bermasalah. Ini menyangkut hak hidup manusia," tegas Herdensi.

Wakil Wali Kota Turun Tangan, Tapi Direktur RSUD Bungkam

Kasus-kasus ini membuat Wakil Wali Kota Binjai, Hasanul Jihadi, turun langsung ke RSUD Djoelham untuk melihat kondisi layanan dari dekat.

Namun hingga kini, Pelaksana Tugas Direktur RSUD, dr Romy Ananda, belum memberikan klarifikasi resmi. Upaya konfirmasi dari media terkait hasil investigasi Ombudsman tidak mendapat respons.

Padahal, laporan dari lembaga negara tersebut secara tegas menyebut bahwa ada penyalahgunaan wewenang dan kelalaian dalam menjalankan fungsi pelayanan publik di tubuh manajemen rumah sakit.

Keluarga Korban Desak Pertanggungjawaban Hukum

Keluarga pasien cuci darah mengaku kecewa dan merasa kehilangan yang sangat mendalam.

Mereka menggambarkan detik-detik terakhir sang ibu saat alarm mesin berbunyi, dengan layar bertuliskan "No Water".

Bagi mereka, kejadian itu bukan sekadar musibah - tetapi bukti bahwa nyawa manusia diabaikan karena kelalaian teknis dan buruknya manajemen rumah sakit.

Pihak keluarga juga meminta aparat penegak hukum untuk segera menindaklanjuti laporan ke Polda Sumut. Mereka mendesak agar pihak rumah sakit, termasuk manajemen dan tenaga medis yang terlibat, diproses sesuai hukum yang berlaku.

Kisah memilukan dari RSUD Djoelham Binjai ini kembali membuka mata kita bahwa pelayanan kesehatan yang buruk bukan sekadar masalah fasilitas - tetapi bisa menjadi tragedi kemanusiaan.

Maladministrasi, kelalaian, dan sistem yang tidak berjalan adalah bom waktu yang bisa merenggut nyawa kapan saja.

Lembaga seperti Ombudsman bisa menyelidiki, tetapi pertanyaannya: berapa banyak lagi korban sebelum perubahan nyata benar-benar terjadi





Loading...

Loading...
Loading...


Loading...
Loading...