Program Makanan Bergizi Gratis, Ombudsman Sulsel Beri Rekomendasi Penting
Jejakfakta.com, GOWA - Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan menilai Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), yang telah diluncurkan pada 6 Januari 2025, mendapat sambutan positif dari sejumlah penerima manfaat. Namun, program ini dinilai memerlukan pengawasan yang intensif dari berbagai pihak.
"Kita wajib optimis terhadap program ini karena tujuannya sangat baik. Namun, potensi kekurangan bisa saja terjadi sehingga perlu diawasi, mulai dari mekanisme anggaran, proses tender, hingga pelaksanaannya," ujar Ketua Ombudsman Sulsel, Ismu Iskandar, pada Selasa (14/1/2024).
Meski demikian, Ismu juga menekankan bahwa kritik terhadap program ini harus proporsional mengingat program ini masih tergolong baru. "Mungkin tidak adil juga jika langsung menilai secara negatif. Semangat kami adalah memberikan masukan yang konstruktif," tambahnya.
Berdasarkan hasil pantauan Ombudsman, beberapa aspek manajemen pelaksanaan masih memerlukan perhatian serius. Salah satu isu yang disorot adalah jadwal distribusi makanan yang harus tepat waktu untuk menghindari risiko makanan menjadi basi.
"Terkait menu dan teknis pelaksanaan, manajemen Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) ini belum tertata dengan baik," ungkapnya.
Meski ada kekurangan, Ismu mengapresiasi komitmen pihak pelaksana program. "Sementara ini, saya melihat pihak penyelenggara memiliki komitmen yang baik. Ada ruang komunikasi antara pengelola dan sekolah, seperti melaporkan siswa yang memiliki alergi makanan," jelasnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pembaruan data siswa, terutama pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang jumlah siswanya bersifat dinamis. "Jika jumlah siswa bertambah atau berkurang, harus ada mekanisme pembaruan data secara terstruktur," tambahnya.
Rekomendasi: Teknologi Informasi untuk Efisiensi
Ismu mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kompleksitas program besar ini, terutama dalam hal pendataan dan pengawasan. Ia menyarankan penggunaan teknologi informasi untuk mendukung pelaksanaan program.
"Kami merekomendasikan agar program ini ke depan menggunakan pendekatan sistem teknologi informasi. Dengan begitu, semuanya terintegrasi dalam sistem. Sulit mengontrol program berskala besar jika masih dilakukan secara manual," jelasnya.
Dari hasil kunjungan terakhirnya ke sejumlah dapur penyalur makanan, tercatat sekitar 3.000 hingga 3.500 porsi makanan disiapkan setiap hari. "Jika kapasitas distribusi mencakup lima sekolah, bagaimana mengantisipasi kendala yang mungkin timbul?" tanyanya.