Ombudsman Dorong Penguatan Mitigasi Bencana di Sulsel
MAKASSAR - Ombudsman RI Perwakilan Sulsel mendorong sinergi dan kolaborasi pemerintah daerah maupun stakeholder terkait untuk memperkuat mitigasi bencana. Harus diakui, mitigasi bencana belum maksimal dan masih menjadi pekerjaan rumah.
Pembahasan itu mengemuka dalam diskusi Ngopi Boss
dari Ombudsman bertema 'Upaya Mitigasi Bencana oleh Pemprov Sulsel, Sudah
Maksimalkah?' di salah satu kafe di Kota Makassar, Kamis (16/5/2024). Kegiatan
itu dihadiri perwakilan pemerintah dan organisasi pecinta alam.
Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Sulsel,
Ismu Iskandar, mengakui penanggulangan dan mitigasi bencana di provinsi ini
masih belum maksimal. Hal itu pun banyak diwartakan media dalam dua bulan
terakhir penanganan bencana di sejumlah kabupaten/kota lingkup Sulsel.
"Masih ada beberapa hal yang belum
dimaksimalkan, termasuk dalam penanganan bencana dan juga mitigasinya,"
katanya.
Lewat diskusi ini, Ombudsman ingin melihat peran
semua pihak, khususnya secara satuan. Mulai dari BPBD hingga dinas-dinas
terkait lainnya, apakah sudah maksimal atau belum dalam menjalankan tugas,
khususnya penanganan dan mitigasi bencana, yang berkaitan pelayanan publik.
Ismu menyebut Ombudsman akan mendorong mitigasi
bencana ini menjadi kajian khusus. Sehingga, ke depannya akan lebih intens
berdiskusi dengan semua pihak, termasuk masyarakat. Muaranya, diharapkan
melahirkan rekomendasi bagi pemerintah.
"Ombudsman akan mendorong ini menjadi kajian
khusus, sehingga akan lebih intens berdiskusi dengan semua pihak untuk menggali
keterangan termasuk klarifikasi untuk menyusun rekomendasi kebijakan,"
terangnya.
Lebih jauh, Ismu menekankan persoalan bencana
bukan menjadi tanggungjawab satu pihak. Mulai dari pemerintah hingga masyarakat
harus bergandeng tangan mengatasinya. Ke depannya, diharapkan penanggulangan
dan mitigasi bencana bisa lebih baik. Toh, dengan sumber daya dan teknologi,
bencana harusnya dapat dideteksi secara dini.
Perwakilan BMKG, Rizky Yudha, menyampaikan
pihaknya secara intensif senantiasa memberikan dukungan informasi terkait
prediksi cuaca, iklim, dan gempa bumi kepada pihak-pihak terkait. Informasi itu
harusnya dapat menjadi pedoman dalam beraktivitas dan juga untuk menghindari
bencana.
"Kami senantiasa beri dukungan informasi
cuaca, iklim dan gempa bumi kepada pihak-pihak terkait. Termasuk saat pra dan
pasca-bencana atau saat rehabilitasi," ungkapnya.
Sementara itu, perwakilan Walhi, Arfiandi,
mengkritisi sikap pemerintah yang baru proaktif saat bencana telah terjadi.
Padahal, aspek pencegahan atau mitigasi sejatinya harus dikedepankankan. Hal
ini sangat disayangkan mengingat korban terlanjur sudah banyak.
Sekadar diketahui, bencana alam yang melanda
beberapa daerah di Sulsel dilaporkan telah menelan kurang lebih 43 korban jiwa.
Belum termasuk warga yang terdampak dan kerugian material.
"Pemerintah hanya merespons ketika terjadi
bencana, itu disayangkan. Kenapa tidak ditangani dari dulu, apalagi bencana
yang terjadi kerap berulang," kata Arfiandi, yang turut mengkritik diskusi
Ngopi Boss hanya menjadi ajang klarifikasi terkait penanggulangan dan mitigasi
bencana di Sulsel.
Ia juga mengkritisi kebijakan dan ketegasan
pemerintah terhadap pihak-pihak yang diduga terkait sebagai pemicu bencana.
Pemerintah terkesan menyalahkan masyarakat yang melakukan pembukaan lahan,
padahal mereka hanya ingin bertahan hidup. Sedangkan, tatkala perusahaan
melakukan eksplorasi atas nama investasi malah dibiarkan.