Ombudsman DIY Cek Minyak Goreng di Jogja: Antre Sejak Pagi Belum Tentu Dapat

Perwakilan Ombudsman RI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembal melakukan pemantauan ketersedian dan distribusi minyak goreng di pasar-pasar tradisional hingga pasar modern. Pemantauan ini dilakukan di 30 titik, mulai dari pasar tradisional, toko modern, toko kelontong, dan pasar modern. Hasilnya, masih terjadi kelangkaan minyak goreng di DIY.
Kepala Perwakilan Ombudsman RI DIY, Budi Masthuri, bahkan mengatakan pada pada Selasa (22/2) pagi, terjadi antrean yang cukup panjang di Superindo Ngeksigondo. Antrean tersebut mulai terjadi sejak pukul 06.30 WIB, padahal toko baru buka pukul 07.00 WIB. Itupun tidak semua orang yang mengantre berhasil membawa pulang minyak goreng meski sudah berjam-jam mengantre.
"Karena pihak Superindo hanya mengeluarkan 1 karton saja, setiap orang dibatasi 2 liter," kata Budi Masthuri kepada awak media, Selasa (22/2) siang.
Kelangkaan juga terjadi di daerah Bantul, selama beberapa hari terakhir menurut Budi, sudah tidak ditemukan lagi minyak goreng di Pasar Tradisional Gumulan. Hal ini juga terjadi di beberapa toko modern di Kapanewon Trirenggo dan Piyungan.
Kelangkaan juga terjadi di toko modern daerah Kalibawang dan Galur Kabupaten Kulon Progo, serta beberapa toko modern di daerah Jongkang, Sinduadi, Wedomartani, Sinduharjo, dan Papringan di Kabupaten Sleman.
Sementara untuk toko-toko tradisional di Pasar Giwangan di Kota Yogyakarta, stok minyak goreng untuk kemasan premium terpantau masih dapat ditemukan dengan harga jual Rp 14 ribu per liter. Kendati demikian, ketersediaan stok tersebut dapat dibilang memasuki masa kritis karena masing-masing toko hanya diperbolehkan mengambil stok maksimal 12 liter dari distributor per hari.
"Kondisi ini memaksa beberapa penjual di pasar tersebut untuk membelikan tactic tying atau pembelian bersyarat," ujarnya.
Praktiknya, untuk dapat membeli minyak goreng di tokonya, pembeli diwajibkan untuk membeli produk atau barang lainnya dulu. Padahal, secara hukum cara tersebut dinilai membahayakan pedagang karena melanggar ketentuan Pasal 15 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Meski stok minyak goreng di banyak pasar tradisional masih langka, namun ketersediaan minyak goreng di pasar modern masih relatif aman. Pemantauan yang dilakukan Perwakilan ORI DIY, pada 19 Februari di pasar modern seperti Hypermart Hartono Mall, Lotte Mart, dan Indogrosir, ketersediaan minyak goreng kemasan premium di rak penjualan masih lebih dari 100 liter.
"Tapi petugas tidak kamu memberikan informasi ketersediaan stok di gudang mereka," kata Budi.
Pasar-pasar modern tersebut menjual minyak goreng sesuai HET, yakni Rp 14 ribu per liter dengan mekanisme pembelian maksimal 2 liter per pelanggan. Menurut petugas Hypermart Hartono Mall, saat ini mulai terjadi ketidakpastian pasokan minyak goreng dari distributor.
"Sebelumnya pada kondisi normal distributor dapat memasok seminggu sekali, namu saat ini hanya sekitar dua minggu sekali," lanjutnya.
Dengan ketersediaan yang relatif lebih aman, membuat banyak pedagang pasar tradisional yang terpaksa membeli minyak goreng ke pasar modern untuk dijual lagi. Misalnya para pedagang di Pasar Kranggan, Pasar Bantul, dan Pasar Demangan yang sampai saat ini masih terjadi kelangkaan minyak goreng.
Kelangkaan itu mendorong para pedagang pasar tradisional untuk membeli minyak goreng kemasan premium di pasar modern dan menjual lagi dalam kemasan yang sama dengan harga yang lebih tinggi.
Banyak Harga Jual di Atas HET
Selain langka, Perwakilan ORI DIY juga masih menemukan banyak minyak goreng yang dijual dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET). Mestinya, sesuai dengan Permendag Nomor 6 tahun 2022, HET minyak goreng kemasan premium adalah Rp 14 ribu per liter, sedangkan minyak goreng curah sebesar Rp 11.500 per liter.
Namun, berdasarkan pantauan Perwakilan ORI DIY, ternyata masih banyak harga jual minyak goreng di atas HET. Misalnya di toko kelontong di Piyungan, yang menjual minyak goreng dengan harga Rp 21 ribu per liter baik untuk minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan sederhana. Harga yang sama juga ditemukan untuk minyak goreng curah di daerah Galur, Kulon Progo.
Sedangkan untuk minyak goreng curah di Pasar Tradisional Giwangan, harganya Rp 18 ribu per liter. Rentang harga minyak goreng yang tinggi itu juga ditemukan untuk minyak goreng curah di beberapa toko kelontong di daerah Wedomartani dan Ngaglik, serta Pasar Kranggan dan Pasar Demangan dengan kisaran harga jual Rp 16 ribu sampai Rp 18 ribu per liter.
Tingginya harga jual itu menurut Budi disebabkan karena tiga hal, pertama karena stok minyak goreng yang beredar di pasaran masih langka. Kedua, karena pelaku ekonomi mikro yang terpaksa harus membeli minyak goreng di pasar modern untuk memenuhi kebutuhan stok penjualan.
"Praktik tersebut berimbas pada semakin melebarnya margin harga penjualan di tangan konsumen akhir," kata Budi Masthuri.
Permasalahan terakhir adalah beberapa penjual di toko-toko tradisional berupaya untuk menghabiskan ketersediaan stok terdahulu yang telanjur dibeli dengan harga tinggi, hal ini khusus untuk minyak goreng curah. Sehingga jika dipaksa mengikuti HET, mereka akan mengalami kerugian.








