Ombudsman Babel Sebut PPDB Saat Ini Terpolarisasi Sekolah Favorit dan Nonfavorit, Yozar: Tak Efektif

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Kepala Perwakilan Ombudsman RI Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung, Shulby Yozar Ariadhy, menilai, implementasi kebijakan melalui jalur penerimaan peserta didik baru (PPDB), belum efektif mengatasi dikotomi antara sekolah favorit dengan nonfavorit.
Bahkan orang tua lebih bersikeras agar anaknya disekolahkan di sekolah negeri, sehingga sekolah swasta menjadi sulit mendapatkan siswa. Begitu pula yang terjadi pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
"Akibatnya, antusiasme masyarakat terpolarisasi pada sekolah-sekolah yang dianggap favorit. Bahkan ada kecenderungan yang mengarah kepada praktik-praktik penyimpangan baik oleh penyelenggara maupun pengguna layanan, salah satunya dengan cara penambahan rombel di luar ketentuan," kata Yozar, Selasa (14/6/2022).
Dia menyebut, imbasnya kekurangan calon peserta PPDB tidak hanya dirasakan sekolah swasta, tetapi juga sekolah negeri di wilayah pinggiran.
"Berdasarkan hasil temuan tahun 2020, Ombudsman Babel menemukan pola penambahan rombel ketika jadwal jalur PPDB resmi telah ditutup, sejumlah sekolah masih menerima peserta PPDB," imbuhnya.
Pada tahun 2021, Ombudsman Babel menemukan SMP favorit menambah rombel akibat terjadinya kekurangan jumlah ruang kelas, sehingga para siswa mesti belajar di ruang laboratorium.
Saat itu, Ombudsman sudah menyampaikan temuan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang.
"Pada sisi lainnya, sekolah swasta perlu didorong untuk peningkatan kualitasnya sehingga daya tarik bagi masyarakat, tidak hanya itu Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang perlu memberikan dukungan terhadap pengembangan kualitas sekolah swasta," kata Yozar. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Novita








