Teliti Gus Dur, Ahmad Suaedy Raih Doktor Bidang Studi Islam
YOGYA (KRjogja.com) - Drs Ahmad Suaedy MHum berhasil mempertahankan disertasinya dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (14/5). Disertasi berjudul Visi Kewarganegaraan Kultural Abdurrahman Wahid Dalam Penyelesaian Konflik Aceh dan Papua, 1999-2001 Promosi tersebut untuk memperoleh gelar Doktor dalam Bidang Studi Islam.
Drs Ahmad Suaedy MHum dalam disertasinya mengulas kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam meletakan dasar-dasar penyelesaian konflik Aceh dan Papua dengan Republik Indonesia secara damai pada masa kepresidennya 1999-2001. Pendekatan kultural dan personal dikedepankan dengan penghormatan terhadap hak-hak kolektif masyarakat Aceh dan Papua dalam lingkup NKRI.
"Dengan dasar-dasar tersebut, penyelesaian damai Aceh dan Papua bersifat permanen," tegasnya didepan penguji yang terdiri Ketua Sidang Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof KH Yudian Wahyudi PhD didampingi promotor Prof H Dudung Abdurrahman, penguji Dr Moch Nur Ichwan, Prof Noorhaidi, Prof Purwo Santoso serta Prof Abdul Munir Mulkan.
Menurut Suaedy yang juga anggota Ombudsman RI tersebut, capaian tersebut diperoleh karena langkah Gus Dur yang membalik strategi. Gus Dur mengakui eksistensi mereka dan merangkulnya untuk kemudian diajak bicara tentang tuntutan mereka.
Mantan Direktur Eksekutif The Wahid Institute dan Anggota Board Jaringan GusDurian Indonesia ini mengatakan, strategi Gus Dur didasarkan pada pandangan tentang kewargenagaraan kultural atau kebinekaan dengan memberi penghormatan terhadap hak-hak kolektif mereka. Dalam pandangan ini, separatisme dalam kasus Aceh dan Papua tidak dipandangnya sebagai melawan negara melainkan menentang pemerintah karena ketidadikadilan.
"Dalam pandangan Gus Dur, GAM dan masyarakat Aceh umumnya maupun OPM atau masyarakat Papua dalam separatisme tidak dipandang melawan negara Indonesia. Melainkan melawan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah," ungkapnya.
Sehingga yang diperlukan memberikan keadilan terlebih dahulu kepada mereka baru menuntut kesetiaan. Dari sinilah akan terbangun suatu kewarganegraan kultural dan multikultural yang sejalan dengan paham bhinneka tunggal ika Indonesia yang seharusnya. Dengan demikian, menurut Suaedy, Gus Dur telah meletakkan dasar-dasar kewarganegraan untuk mengakomodasi tuntutan perubahan Indonesia di era globalsiasi.
Atas disertasinya tersebut, pimpinan sidang Prof Yudian Wahyudi menyatakan Suaedy resmi menyandang gelar Doktor dengan predikat Sangat Memuaskan. (Feb)