Pemulihan Ekonomi Melalui Pariwisata Ramah Lingkungan
JAKARTA - Indonesia telah memasuki era green economy, salah satunya dengan melakukan pemulihan ekonomi melalui pariwisata yang ramah lingkungan. Hal tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd saat memberikan materi dalam Pelatihan Substansi Keasistenan Utama V Tahun 2023 bagi Asisten Ombudsman RI Pusat dan Perwakilan, yang digelar secara daring, Rabu (4/10/2023).
"Green economy mendorong terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan rencana ekonomi hijau sebagai salah satu strategi utama transformasi ekonomi dalam jangka menengah panjang untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19," ujar Prof. Nadiroh.
Selain itu, green economy juga mendorong terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Salah satu bentuk ekonomi hijau yang akan dikerjakan adalah implementasi kebijakan harga karbon dalam bentuk carbon cap and trade, serta skema pajak karbon di 2023.
Prof Nadiroh mengatakan, pembangunan lima destinasi super prioritas yakni Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang dilaksanakan dengan model orkestrasi pasca Covid-19. Dilakukan dengan melihat kebutuhan pasar, selera pasar, unik dan potensi lokal serta sederhana namun indah dengan berbasis pada pariwisata alam.
Kemudian Prof Nadiroh juga menyinggung pariwisata berkelanjutan dimana memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifitas wisata di semua jenis destinasi wisata.
Mengenai konsep transformasi hijau, Prof. Nadiroh mengatakan saat ini konsep tersebut sedang berkembang dalam literatur akademis dan wacana kebijakan. Analisis dokumen kebijakan menunjukkan bahwa konsep transformasi lebih sering disebutkan dan retorika yang berkonotaso dekat dengan pertujmbuhan hujau semakin banyak diterapkan.
"Malaysia sudah fokus pada pembangunan yang bersih dan ekonomi yang efisien atau disebut ekonomi hijau. ini berarti mendorong pengembangan bisnis hijau dan produk hijau yang akan demikian membuat pekerjaan hijau," jelasnya.
Faktor yang mempengaruhi transformasi hijau adalah sumber daya manusia, kemampuan pembiayaan, inovasi teknologi dan perilaku pemerintah memberikan dampak yang positif terhadap kinerja transformasi hijau. "Selain itu, regulasi lingkungan sebagai variabel moderasi berpengaruh positif terhadap transformasi hijau di industri manufaktur melalui inovasi teknologi dan perilaku pemerintah," ujarnya. (awp)