Ombudsman Minta Pemerintah Selesaikan Masalah Papua Hingga ke Akar
Jakarta -
Ombudsman RI meminta pemerintah menyelesaikan
konflik di Papua tidak hanya dengan pendekatan keamanan. Ombudsman
berharap konflik di Papua dapat diselesaikan hingga ke akar
permasalahan.
"Meminta Presiden untuk menerbitkan instruksi
Presiden untuk pemulihan kondisi akibat konflik di Papua dengan
mengutamakan pendekatan sosial budaya, karena harus dicarikan akar
permasalahan yang ada di Papua," ucap Ketua Ombudsman Amzulian Rifai di
gedung Ombudsman RI, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin
(30/9/2019).
Amzulian menilai konflik di Papua tidak bisa
diselesaikan semata-mata dengan pendekatan keamanan. Menurutnya
pendekaan keamanan hanya bersifat sementara.
"Kemudian memprioritaskan perbaikan fasilitas ilayanan publik dan memastikan terlayaninya publik di seluruh wilayah Papua," kata dia.
"Bagaimana di papua itu hak-hak publik dengan terjadinya kerusuhan ini pelayanan, publik tidak boleh terabaikan. Dalam konsidi normal saja kadang-kadang masyarakat di Papua itu, apalagi yang di daerah yang memang terisolasi, pelayanan publik tidak hadir, apalagi dalam kondisi seperti sekarang," lanjut Amzulian.
"Kami juga berharap pemerintah juga meningkatkan keterbukaan dan intestitas politik internasional yang lebih terukur dan terskruktur. Karena masyarakat internasional juga perlu diyakinkan terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah. Kita harus terbuka juga memberikan informasi," imbuhnya.
Senada dengan Amzulian, anggota Ombudsman Ahmad Su'adi juga berharap
agar permasalahan di Papua dapat diselesaikan secara tuntas. Menurutnya,
yang terjadi di Papua ada kaitannya dengan masalah historis.
"Berkaitan
dengan Papua agar pemerintah menyelesaikan dari akarnya. Yang terjadi
sekarang ini adalah masalah yang hitoris ke belakang. Misalnya kekerasan
di Wamena sekaran ini itu ada kaitannya dengan pengungsi dari Nduga
yang belum selesai, bertumpuk-tumpuk" kata Ahmad.
Ahmad
mengatakan, berdasarkan kunjungannya beberapa waktu yang lalu ke Papua,
dia masih melihat adanya masalah yang belum diselesaikan. Akhirnya
masalah itu pun bertumpuk sehingga menimbulkan kekerasan.
"Saya
beberapa bulan yang lalu ke sana masih ada problem yang belum
diselesaikan. Akhirnya ketumpuk, nah pemerintah misalnya harusnya
menyelesaikan dari akarnya, jadi tidak akumulasi masalah yang kemudian
memicu kekerasan," kata dia.
"Kemudian yang kedua, harus ada rekayasa sosial untuk mencegah terjadinya kekerasan. Misalnya di Papua itu ada cenderung pendatang itu lebih keras bekerja, sehingga mereka lebih cenderung berhasil, mereka bikin rumah, toko. Tetapi secara alamiah menyingkirkan orang asli. Jadi pemeritah perlu merekayasa agar mereka tetap terjadi pergaulan, tidak tejadi segregasi," lanjutnya.
"Masyarakat sendiri tidaj ingin segregasi, tetapi secara ekonomi karena kemampuannya berbeda sehingga terjadi. Jadi perlu ada kebijakan yang multikultural, sehingga masyarakat setempat tidak tersisihkan. Dan itu sebagai bagian dari penyelesaian sekarang," ujarnya.