Kereta Lokal Tak Berhenti di Kemayoran, Ombudsman Bicara Maladministrasi
Jakarta - Dua kereta lokal tidak berhenti menurunkan penumpang di Stasiun Kemayoran sejak awal Juni 2019. Persoalan itu pun diurusi Ombudsman RI.
"Ada laporan dari beberapa teman, laporan ke kita, banyak sekali datang ke kantor, terkait dengan pemindahan untuk penghentian kereta yang datang dari wilayah Cikampek atau Bekasi. Semula mereka bisa turun ke sini (Stasiun Kemayoran) tapi tiba-tiba ditarik ke Priok," ujar Alamsyah di Stasiun Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2019).
Dua kereta lokal yang dimaksud Alamsyah yaitu kereta Jatiluhur Ekspres rute Cikampek-Tanjung Priok dan kereta Walahar Ekspres rute Purwakarta-Tanjung Priok. Alamsyah sendiri sebelumnya menjajal kereta dari Cikampek menuju ke Tanjung Priok, baru setelahnya berganti dengan KRL untuk kembali ke Kemayoran.
Atas persoalan itu Alamsyah mengambil kesimpulan awal bila PT KAI diduga melakukan perbuatan diskriminatif dalam pelayanan publik. Namun dia mengaku akan menganalisis lebih lanjut atas temuan tersebut.
"Jadi tindakan diskriminatif dalam pelayanan publik. Itu baru dugaan karena teman-teman lapor ke kami, kami analisis sebentar, dugaannya ini harus dicek apakah betul ada diskriminasi atau ada faktor lain," kata Alamsyah.
Penjelasan PT KAI
Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta Eva Chairunisa menyampaikan tentang alasan kereta lokal tidak diperkenankan menurunkan penumpang di Stasiun Kemayoran. Eva menyebut alasan utamanya adalah terkait keselamatan.
Kereta lokal diatur menggunakan jalur 3 yaitu jalur paling kiri di foto tersebut. Sedangkan KRL menggunakan jalur 1 yaitu paling kanan dari foto itu. Itulah mengapa Alamsyah yang menggunakan kereta lokal dari Cikampek harus menuju ke Priok dulu dan berganti KRL untuk dapat sampai di Stasiun Kemayoran.
Pada jalur 3 tidak terdapat peron sehingga penumpang kereta lokal harus loncat dari gerbong bila di Stasiun Kemayoran. Selain itu, para penumpang kereta lokal yang menunggu kereta nantinya berada di pinggir rel yang tentu berbahaya. Pertimbangan keselamatan ini membuat PT KAI tidak menurunkan penumpang di Stasiun Kemayoran.
"Memang benar-benar faktor keselamatan," kata Eva di tempat yang sama.
Eva tidak memungkiri bahwa pembangunan peron diperlukan untuk Stasiun Kemayoran agar kereta lokal dapat menaik-turunkan penumpang. Tetapi Eva menyebut untuk pembangunan peron itu diharuskan menutup lintasan sebidang yang berada di jalur itu.
"Sebenarnya pasti itu kita pengin memperbaiki dengan segera, cuma kendalanya pelintasan sebidang ini, dia ada di emplasemen lho pelintasan sebidangnya. Kalau kita bikin peron ini akan nutup pelintasannya," ucap Eva.
"Yang utamanya ini harus ditutup lintasan sebidangnya karena kan alasannya ini karena memang murni karena keselamatan. Jadi bisa dibayangkan kalau orang turun dari kereta tidak ada peronnya. Ini kan faktor keselamatan sangat rentan," imbuh Eva.
Kembali pada Alamsyah yang berada di tempat yang sama. Meski Eva telah menjelaskan tentang faktor keselamatan, Alamsyah mengaku akan tetap memanggil PT KAI untuk memberikan solusi.
"Argumen PT KAI salah satu persoalan safety. Nah itu harus dipikirkan tapi tidak dengan mengorbankan para penumpang yang living cost-nya jadi bertambah membengkak. Kami akan memanggil PT KAI dan Dirjen Perkeretaapian. Kami akan melihat adakah solusi yang bisa mengatasi persoalan dari para penumpang ini," ujar Alamsyah.