Skenario New Normal Pelayanan Pendidikan
Dalam seminggu ini setidaknya penulis mengikuti dua kegiatan diskusi daring yang digagas Oleh Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan dengan tema New Normal Pelayanan Pendidikan. Adapun diskusi tersebut menghadirkan narasumber yang beragam, diantaranya Pimpinan Ombudsman RI, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel, Rektor UIN, Rektor ULM Kepala dinas Pendidikan Kab/Kota, dan diikuti oleh tokoh masyarakat, para guru, PGRI, dan publik se-Kalsel.
Meskipun diikuti oleh berbagai kalangan, namun kegiatan ini berjalan dinamis. Para peserta antusias menyoroti kesiapan struktur pendidikan di Banua menyambut tatanan baru, meskipun banyak dari mereka yang kritis, khawatir dan takut apabila kebijakan New Normal ini tidak matang, sehingga malah menimbulkan korban baru (kluster sekolah dan kampus).
Menurut penulis ada tiga bahasan utama yang disampaikan dalam dialog ini. Pertama, bagaimana protokol kesehatan New Normal dalam pelayanan pendidikan? Kedua, menyiapkan skenario atas dampak New Normal bagi "publik/warga pendidikan". Ketiga, membangun kultur New Normal dalam sistem kurikulum pendidikan.
Pertama, terkait protokol kesehatan New Normal Pendidikan harus dimulai dari sosialisasi SOP (Sistem Operasional Prosedur) kesehatan yang masif kepada publik, baik itu siswa, guru, dinas pendidikan, dan unsur terkait. Sejumlah protokol yang harus disiapkan seperti pemenuhan sarana dan prasarana sekolah, baik ruang kelas dan ruang guru yang pro terhadap pencegahan Covid-19 (jarak/kontak fisik, masker, sanitizer, desinfektan, pelindung wajah dll), pembiasaan pola PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di sekolah/kampus, pemenuhan cek kesehatan siswa dan guru secara intens (mengaktifkan Unit kesehatan Sekolah), membekali latihan mitigasi komprehensif pencegahan Covid-19 bagi guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan orangtua atau publik , serta konsisten dalam penerapan kebijakan dengan dasar utama keselamatan bersama.
Sedangkan dalam pembahasan subtema kedua membahas dampak Covid -9 terhadap dunia pendidikan yang akan merubah tatanan yang sudah ada. Dimana ada lima aspek yang wajib diperhatikan secara serius. Pertama, aspek siswa dan mahasiswa sebagai "instrumen utama" pendidikan wajib menjadi prioritas. Menyiapkan mereka dengan pola pendidikan berbasis "pencegahan Covid" menjadi satu keniscayaan. Selain itu, mengidentifikasi problem bagi siswa yang berbeda-beda, apalagi dikaitkan dengan siswa di Zona Tiga T Daerah Tertinggal, Terdalam, dan Terluar bahkan Terpinggir, yang masih saja memiliki keluhan siswa dan mahasiswa yang tak memiliki kemampuan biaya yang cukup (membeli pulsa, kuota internet, dsb) apabila saluran pendidikan menggunakan jalur daring/online.
Belum lagi kita masuk dalam persoalan peserta didik berkebutuhan khusus atau disabilitas. Maka diperlukan kajian verifikasi problem mendalam terhadap kebutuhan siswa ini termasuk dalam aspek psikis/psikologi, kesehatan (pemenuhan vitamin), pemenuhan pendidikan dll.
Aspek kedua adalah guru dan dosen. Faktanya guru dan dosen merupakan pihak yang sangat "terdisrupsi" ditengah wabah saat ini. Sejumlah guru atau dosen khususnya honorer atau swasta juga banyak mengeluhkan berkurangnya pemasukan yang mereka terima dan ancaman "dirumahkan". Ditambah para guru/dosen yang memang secara sarana sangat terbatas tetapi pengabdian mereka tidak diragukan. Belum lagi menyoal guru/dosen yang masih belum "update" atau belum memiliki kompetensi mumpuni dalam menggunakan aplikasi atau konsep pembelajaran online.
Aspek ketiga adalah orangtua. Kita sadar bahwa tidak semua orangtua memiliki kemampuan dan kesiapan yang sama menghadapi New Normal. Apalagi dalam konteks pembelajar daring/online, siswa SD dan SMP akan sangat tergantung dengan peran orangtua saat belajar di rumah (online). Dalam segi waktu, orangtua yang harus bekerja di rumah atau di luar rumah dibebankan untuk mendampingi dari pagi sampai siang kegiatan belajar anak-anak mereka, apalagi terhadap sejumlah pelajaran yang sulit dan memerlukan pendampingan orangtua. Akhirnya orangtua dituntut belajar ekstra untuk dapat mengimbangi pelajaran. Memang pendidikan di rumah adalah sejatinya pendidikan pertama dan utama. Untuk itu, diperlukan kesiapan yang lebih kuat. Sedangkan bagi mahasiswa diperlukan perubahan pola belajar yang mapan agar bisa menyesuaikan dengan keadaan
Dari aspek orangtua, yang paling sering dikeluhkan ke Ombudsman adalah biaya pendidikan yang masih ditarik aktif oleh sekolah termasuk sebagian besar mahasiswa ini menyebabkan sebagian orang tua merasa keberatan padahal covid berdampak pada ekonomi mereka, terlebih lagi bagi anaknya yang sekolah swasta, penarikan iuran sekolah tetap "normal' seperti biasa ini belum ada solusi konkrit dari pemerintah.mahasiswapun mengeluhkan hal yang sama
Aspek keempat adalah aspek kebijakan pemerintah/dinas pendidikan/sekolah/kampus. Problem-nya adalah kondisi setiap sekolah/kampus sangat berbeda. Fasilitas, sarana, manajemen SDM, dan kebijakan pimpinan berbeda beda, dan ini sangat memengaruhi penerapan New Normal di lapangan.
Penyelenggara pendidikan di pusat dan daerah dituntut menciptkan inovasi, kreativitas dan komitmen tinggi demi terlaksananya program New Normal. Jangan lagi ada kebijakan yang tak berbasis pada nilai keadilan. Mengakomodir suara "warga pendidikan" dan terus melakukan perbaikan-perbaikan dengan sentuhan solusi praktis yang jitu adalah keniscayaan demi masa depan pendidikan yang lebih baik.
Aspek kelima yakni arah manajemen resiko perubahan. Adanya New Normal merupakan dampak yang harus diterima secaralegowo oleh semua pihak meskipun akan banyak perubahan-perubahan yang terjadi. Sehingga diperlukan adanya latihan dan pembentukan sikap, kesadaran bahkan memunculkan "budaya baru" pada blue print pendidikan di masa yang akan datang.
Sedangkan dalam pembahasan ketiga yakni penting ke depan menyusun konsep atau sistem pendidikan "baru", kurikulum berbasis kesiapan saat dan pasca pandemi bagi sekolah dan kampus adalah salah satu alternatif yang harus dilakukan oleh kementerian pendidikan. Setidaknya strategi seperti membangun kecerdasan intelegensi berbasis teknologi di sekolah atau kampus, membaca berbagai peluang dan mengeksplor taktik menjadi hal penting untuk menyikapi New Normal ini. Termasuk mengimprovisasi pendidikan berbasis karakter melalui IT dengan tetap mengembangkan moral, sosial dan emosional yang berintegritas. Model pendidikan berbasis teknologi inilah yang akan menjadi jawaban atas tantangan pendidikan di masa mendatang.
Pada dasarnya New Normal dalam
pelayanan pendidikan adalah upaya strategis pendidikan atau proses belajar mengajar
tetap eksis. Sebab kita tak bisa melupakan bahwa pendidikan sebagai sum-sum utama masa depan
bangsa. Dengan pendidikan lah kita akan berhasil meraih cita cita, keluar dari
segala problematika kehidupan dan menjadi insan mulia serta menyiapkan generasi
terbaik demi kehidupan serta peradaban yang lebih baik.