• ,
  • - +

Artikel

Sebuah Apresiasi untuk Acil Asmah
ARTIKEL • Jum'at, 24/04/2020 • Noorhalis Majid
 
Kepala Perwakilan Ombudsman RI Perwakilan Kalsel, Noorhalis Majid.

Apresiasi diberikan kepada Dinas Perdagangan Kota Banjarmasin yang telah meluncurkan program Acil Asmah, kepanjangan dari Antar Cil Sampai Ke Rumah. Yaitu memberikan pelayanan penjualan sembako dengan cara diantar langsung ke rumah pemesan. Program ini tentu saja dalam rangka merespon larangan keluar rumah sehubungan wabah Covid-19.

Karena tidak bisa keluar rumah, maka pertanyaan mendasar, bagaimana memenuhi belanja kebutuhan sehar-hari? Terutama kebutuhan pokok untuk makan di rumah. Pertanyaan itulah yang dijawab Dinas Perdagangan Kota Banjarmasin melalui Program Acil Asmah.

Program ini mendorong pedagang yang ada di pasar-pasar milik pemerintah memberikan layanan online. Pada layanan tersebut, pembeli memesan barang melalui internet (online) kemudian barang yang dipesan langsung diantar ke rumah. Setiap pedagang bekerjasama dengan kurir, baik itu ojek biasa maupun ojek online. Ada juga yang diantar dengan becak karena pesanan yang diminta cukup banyak dan tidak memungkinkan diantar menggunakan ojek.

Program ini memang baru saja diluncurkan sehingga belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. Akibatnya, sekalipun sudah beberapa minggu dikeluarkan himbauan di rumah saja, namun tetap saja pasar-pasar, terutama pasar milik masyarakat, buka sebagaimana hari biasanya. Hanya pasar milik pemerintah yang ditutup. Adanya kondisi yang tidak menentu, dimana sudah lebih 14 hari di rumah saja dan mungkin akan diperpanjang, tidak memungkinkan toko-toko tersebut tutup selamanya. Harus ada solusi ketika larangan keluar rumah itu dilakukan, atau ketika masyarakat sudah sadar, takut tertular hingga tidak berani keluar rumah, sehingga pasar akhirnya sepi, pedagang ikut rugi.

Harus ada sosialisasi tentang program ini. Cara sosialisasinya juga haruslah online melalui berbagai media sosial agar cepat diketahui masyarakat. Kalau masyarakat sudah tahu, mudah-mudahan dapat menjadi solusi atau menjawab problem ketika diminta di rumah saja hingga batas waktu yang tidak ditentukan.   

Tahap berikutnya adalah memastikan agar produk-produk ditawarkan dengan harga standar. Semua pasar pemerintah menawarkan harga yang sama untuk jenis barang yang sama pula. Bila harga berbeda, bisa saja pembeli online menumpuk pada satu pasar atau bahkan pada satu atau dua pembeli saja.

Menjaga ketersediaan barang merupakan cara menjaga agar harga barang tetap standar. Hal ini sesuai dengan hukum pasar, yakni apabila barang semakin langka akibat permintaan meningkat, khusunya pada saat menjelang Ramadhan akan berpengaruh pada harga. Akan beresiko menimbulkan kepanikan, sehingga masyarakat terpaksa harus datang langsung ke pasar untuk memastikan keadaan yang sebenarnya hingga seluruh himbaun di rumah saja.

Apapun potensi kelemahan dari program Acil Asmah yang sudah diluncurkan ini, yang pasti Dinas Perdagangan Kota Banjarmasin sudah melakukan satu terobosan guna menjawab kebutuhan masyarakat akan tersedianya bahan pokok yang mudah dan tidak harus keluar rumah.

Tentu saja program ini bukanlah hal baru. Karena pembelian online sudah umum terhadap bahan apa saja yang dibutuhkan. Program ini menjadi menarik karena berbasis pada pasar-pasar tradisional yang dimiliki pemerintah kota. Bukan pasar modern yang sudah barang tentu mudah diakses secara online. Ketika pasar rakyat juga sudah online dan prosesnya dipercepat oleh situasi akibat wabah Covid-19, maka artinya perubahan transaksi ekonomi dari konvensional kepada era digital sudah tak terhindarkan. Mau tidak mau, pedagang yang sangat tradisional dengan transaksi dan akad perdagangan yang juga masih tradisional, terpaksa harus menyesuaikan diri.

Inilah perubahan zaman. Maka benarlah adigium bahwa tidak ada yang abadi, selain perubahan itu sendiri. Pasar-pasar tradisional itu perlahan meninggalkan transaksi konvensional dan segera terbiasa dengan digital. Pada proses seperti ini, ada banyak perubahan lainnya yang akan ikut terjadi. Antara lain, tidak ada lagi istilah antri, semuanya ingin segera, ingin cepat. Tidak ada lagi tawar-menawar, semua harga harus pasti, harus jelas. Tidak ada lagi pilih memilih yang terlalu rijit atau cerewet, semuanya diserahkan pada para pedagang untuk menjaga kualitas barang dagangan yang dijualnya. Bila sedikit saja ada kekecewaan menyangkut kualitas barang dan tidak bisa dikomplain, maka esok hari sudah hilang kepercayaan dari konsumen.

Kepercayaan pada era digital sangat penting. Jangan sampai pembeli kapok, jera, tidak mau lagi menghubungi, ataupun mengunjungi lapak yang sudah disediakan. Bahkan bila sangat kecewa, bisa saja kemudian diviralkan dan akhirnya penjual itu sendiri yang mengalami kerugian karena diketahui publik secara luas.

Selain program Acil Asmah, juga sudah ada inisiatif dari masyarakat yang membuat warung serba ada di pinggir jalan, yaitu warung Ropeah. Warung ini juga menyediakan  seluruh kebutuhan pokok yang bisa dibeli dengan hanya menghubungi penjual melalui telepon atau sms. Kemudian barang yang dipesan bisa diantar ke rumah pembeli.

Di lain tempat, ada juga kelompok UMKM yang meninventarisir berbagai produk rumahan yang masih bertahan disebabkan kendala pemasaran karena banyak toko yang tutup. Setelah ada list produk, lalu barang-barang dipasarkan melalui online dan disediakan kurir untuk mengantar siapa saja yang mau memesan.

Semua kreativitas itu akan terus bermunculan seiring tuntutan untuk memenuhi kebutuhan. Karena itu program Acil Asmah dan program lainnya layak diberikan apresiasi untuk menjadi solusi saat semua orang terpaksa di rumah saja. (nm)

  

 

 

 





Loading...

Loading...
Loading...
Loading...