Mimpi Bersama Ombudsman
Gus Dur bercerita, beberapa presiden bertemu dan berbincang. Mereka saling bertanya tentang impian kemajuan negara masing-masing di hadapan Tuhan.
"Tuhan, kapan negara kami makmur?" Tuhan menjawab, "dua puluh tahun lagi." Presiden Amerika Serikat menangis.
Lalu, giliran Presiden Prancis. "Tuhan, kapan negara Prancis makmur?" Tuhan pun menjawab, "dua puluh lima tahun lagi." Mendengar jawaban Tuhan itu, Presiden Prancis menangis.
Perdana Menteri Inggris juga melanjutkan bertanya, "Tuhan, kapan negara Inggris bisa Makmur?" Tuhan menjawab, "dua puluh tahun lagi." Perdana Menteri Tony Blair ikut juga menangis.
Nah, sekarang, gantian Presiden Indonesia yang bertanya. "Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?" Tuhan diam sejenak. Ternyata Tuhan tidak jawab, gantian Tuhan yang menangis.
Kalau kita renungkan dan melihat korelasi ilustrasi cerita di atas dengan kualitas pelayanan publik negeri ini. Betapa kita bisa merasakan sudah 21 tahun lembaga Ombudsman hadir dan melakukan upaya untuk membuat pelayanan publik di negeri ini menjadi baik dan adil bagi seluruh warga negara Indonesia, melalui berbagai program, salah satu nya program penilaian kepatuhan terhadap standar pelayanan publik. Lalu kita menghadap dan bertanya pada Tuhan kira-kira apa ya yang akan terjadi...?
Sedikit kembali ke masa lalu, mimpi Nabi Ibrahim yang jadi awal pelaksanaan ibadah Qurban hingga kini. Pembunuhan kejam bayi laki-laki oleh Firaun berawal dari mimpi, pun perjalanan panjang Nabi Yusuf di jelaskan dalam Al Quran juga berawal dari mimpi.
Sahabat Ombudsman semua, mari merenung sejenak kira-kira apa mimpi kita saat malam kita istirahat apakah masih sama dengan saat kecil dulu yang dengan egoisnya kita ingin jadi dokter, tentara, pengusaha, yang kalau kita tarik garis lurus intinya bagaimana kemakmuran itu menjadi mimpi kita. Sekolah tinggi, menikah, punya anak, rumah yang layak, kendaraan dan hal-hal lain. Ketika sekarang saat kita dewasa ternyata sebagian atau semua mimpi itu mampu diperoleh sebagian besar kita walau jangka waktunya bervariasi untuk masing-masing orang.
Selama 4 bulan ke depan Ombudsman RI akan melakukan kegiatan survei kepatuhan, kegiatan yang dilakukan pada tahun 2021 ini meliputi seluruh kabupaten dan kota, provinsi, dan bahkan beberapa instansi vertikal. Sebuah langkah maju yang sudah dimulai sejak 7 tahun yang lalu, bahkan dengan adanya kemajuan teknologi ponsel pintar dan internet masyarakat pun saat ini bisa melakukan penilain kepatuhan. Ombudsman bermimpi agar saat dilakukan nanti semua standar pelayanan ini sudah baik dengan harapan semua pemda yang dinilai nanti memperoleh predikat hijau.
Nah, sekarang kita berimajinasi, jika sahabat semua (baik penyelenggara atau pengguna layanan publik) sama-sama bermimpi, mimpi agar pelayanan publik di negeri kita berlangsung sangat baik, bermimpilah saat anda datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengurus perubahan kartu keluarga, anda disambut pelayanan yang ramah, tempat yang bersih dan menyenangkan lalu saat petugas menanyakan NIK anda, kemudian tanpa anda duga petugas tadi mengucapkan selamat atas kelahiran anak pertama anda dan menyampaikan agar anda menunggu 10 menit untuk mendapatkan kartu keluarga yang baru. Setelah sebelumnya anda juga mendapatkan pelayanan yang sama di rumah sakit tempat istri anda melahirkan hanya dengan menunjukkan KTP saja. Bayangkan jika ada data induk yang aman sehingga ketika seorang warga negara mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, pemilihan umum semua terlaksana dengan sangat cepat, akurat dan nyaman. Tak perlu menyampaikan banyak data banyak syarat banyak administrasi yang tidak perlu.
Bermimpilah jika kita membuat KTP, SIM, BPJS secepat kita membuat ATM di bank. Pelayanan di instansi pemerintah seperti pelayanan VVIP di hotel berbintang tujuh. Bermimpilah, agar anak cucu nanti tahu bahwa upaya untuk mencapai pelayanan publik di Indonesia ini ada batas waktunya bukan unlimited.
Belajar dari grup musik Nidji dalam lagu Laskar Pelangi, "Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia." Begitu juga kurang maksimalnya pelayanan publik di negeri tercinta ini. Bisa saja dimulai perbaikannya dengan membangun sebuah kesadaran bersama bahwa kemajuan yang dicapai negara lain itu juga bisa di capai oleh negara Indonesia.