Membangun Pustakawan dan Literasi Pengawas Pelayanan Publik
Bagi Ombudsman RI, momentum tanggal 7 Juli yang biasa diperingati sebagai Hari Pustakawan Indonesia adalah hari yang penting, baik sebagai refleksi literasi internal Insan Ombudsman maupun proses mencetak pustakawan Ombudsman yang memiliki naluri pengawas pelayanan publik di setiap perwakilan di Indonesia.
Sejak tahun 2013, Ombudsman RI mulai membangun sistem perpustakaan dan pustakawan yang diharapkan mampu memenuhi harapan publik atas akses segala jenis literatur yang berkaitan dengan pelayanan publik dan ke-Ombudsman-an. Baik berbentuk surat kabar, majalah, buku, hasil karya ilmiah (thesis, skripsi, jurnal dll), referensi, Grey Literature (standar juknis, pedoman, dll), ataupun video. Meskipun gaungnya baru menguat di tahun 2018, namun perlahan tapi pasti, perbaikan layanan internal tersebut konstan dilakukan.
Inovasi yang saat ini dikembangkan Ombudsman yakni membangun aplikasi SLIMS atau Senayan dalam pengolahan bahan perpustakaan. SLIM adalah aplikasi yang dapat dimanfaatkan pemustaka dalam hal penelusuran atau pencairan koleksi perpustakaan Ombudsman RI. Dengan aplikasi ini, penelusuran koleksi cetak atau elektonik akan mudah diakses oleh pengguna, bahkan sistem ini juga akan terintegrasi dengan pusat Sisdatin Ombudsman untuk memperluas jaringan dan kebutuhan pembangunan perpustakaan modern.
Di Ombudsman Perwakilan Kalimantan Selatan sendiri, pembenahan perpustakaan juga sudah dimulai sejak tahun 2015 meskipun dengan kondisi yang sangat terbatas. Setidaknya secara bertahap, Ombudsman Kalsel sudah mampu mengumpulkan literasi atau buku, majalah, jurnal, aturan, dan berbagai tulisan lain di perpustakaannya. Bahkan setiap tahunnya, Ombudsman Kalsel juga telah menerbitkan buku yang bergenre pengawas pelayanan publik, catatan investigasi sampai cerita sukses tindak lanjut laporan masyarakat
Selain itu Ombudsman Kalsel juga telah membuat Pojok Baca Ombudsman yang menarik. Bahkan melalui bantuan mahasiswa magang, Ombudsman Kalsel telah membuat aplikasi yang memudahkan untuk mengakses buku buku yang dicari. Alhasil selain berfungsi untuk kebutuhan literasi internal, juga cukup membantu peneliti eksternal yang ingin mengakses dokumen atau data seputar keperluan penelitian di Ombudsman.
Selain memperkuat pustakawan yang memiliki naluri pengawasan pelayanan publik. Tantangan Ombudsman ke depan adalah mencetak pustakawan yang mengelola semua data dan perpustakaan dengan ahli, profesional, simpel, berbasis digital, dan modern.
Makanya tak salah kalau Anggota Ombudsman RI, Prof Adrianus Meliala menyampaikan pesan saat Sosialisasi Pemanfaatan Perpustakaan Ombudsman Pusat dan Perwakilan (07/07) bahwa pustakawan Ombudsman di masa depan harus terintegrasi, menguasai knowledge management dan menginovasi produk dan program yang mempunyai daya pikat tinggi meski ditengah keterbatasan SDM dan anggaran.
Daya pikat tinggi di sini bermakna bahwa publik saat ini lebih memilih jalur digital daripada datang langsung ke perpustakaan. Untuk itu harus ada perubahan yang masif pada layanan perpustakaan. Misalnya membuat ruang perpustakaan yang kreatif, nyaman dan edukatif serta peduli terhadap kebutuhan mitra atau rekan-rekan disabilitas karena pelayanan publik menjadi kekhasan, tanpa meninggalkan kemudahan dan penyediaan teknologi.
Untuk itu, diperlukan langkah strategis membangun Pustakawan dan literasi di internal ORI (Ombudsman RI) ke depannya yang tak hanya menguasai ilmu manajemen kepustakawanan, tetapi juga memiliki kemampuan membaca setiap perubahan zaman dan tak henti memproduksi karya inovatif. Mencetak para Insan Ombudsman yang kuat literasi dari segala sisi, mampu mengolah dan menulis buku atau karya yang bisa bermanfaat bagi perubahan peradaban pelayanan publik adalah keniscayaan yang harus diperjuangkan dan dibenahi secara konsisten oleh Ombudsman RI.
Selamat Hari Pustakawan Indonesia
