In memorial Nadjmi Adhani Walikota Rendah Hati
Suatu pagi pertengahan tahun 2018, di kesempatan sarapan pagi di sebuah hotel di Kota Tarakan, ada orang yang mendatangi dan menyapa saya; "Selamat Pagi Pak Dadan, apa kabar?". Saya sedikit tertegun ingat wajah tapi saya lupa kapan dan dimana bersua. Saya jawab menyapa "Selamat pagi Pak", tapi belum menyebut nama karena belum ingat. Saya lantas berkata "Iya saya ingat wajah Bapak, tapi lupa moment ketemunya." Orang tersebut balik berkata dan memperkenalkan diri, "Saya, Nadjmi Adhani, Walikota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kebetulan ini di Tarakan sedang ada pertemuan Pertemuan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi)."
"Iya saya sedang ada agenda menyelesaikan konflik perkebunan sawit dan pabrik pengolahan sawit di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. Menjadi sangat penting bagi saya karena menyangkut komoditi sawit antar negara, dengan Malaysia, yang memang membagi Pulau Sebatik menjadi wilayah dua negara. Kebetulan saya mampir ke Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Utara yang berkantor di Kota Tarakan ini. Saat ini saya sedang jadi Anggota Ombudsman RI Periode 2016-2021." saya turut menjelaskan agenda saya di Kalimantan Utara. Kemudian Nadjmi Adhani melanjutkan, "Kalo saya ingat Pak Dadan, karena foto Bapak ada di ruangan saya. Saya sengaja memajangnya bersama foto yang lain, karena ada keterkaitannya dengan saya jadi Walikota. Kalo ke Kalimantan Selatan Pak Dadan harus mampir ke tempat saya."
Waktu itu saya bingung dan bertanya dalam hati apa kaitannya memajang foto dan jadi walikota. Lantas saya menyela; "Oh iya Kota Banjarbaru, saya ingat, yang punya inovasi layanan publik Pembangunan Jalan Besar Tanpa Bayar". Jadi Pak Walikota yang dapat penghargaan Sinovik KemenPANRB, karena Inovasi itu" jawab saya. Lantas Pak Nadjmi berkata, "betul Pak, tapi waktu itu yang menerima penghargaan adalah walikota lama, saya camatnya." Saya langsung menyela, "Justru inovasi itu sukses dulu karena peran camatnya."
Pak Nadjmi Adhani menjelaskan, "Justru itu, karena inovasi yang diapresiasi Pak Dadan dan juri lainnya, masyarakat mendorong saya untuk maju menjadi walikota menantang Walikota Banjarbaru incumbent atasan saya. Pola kerja sebagaimana proses Pembangunan Jalan besar Tanpa Bayar itu yang menjadi modal saya berani mencalonkan diri jadi walikota. dan Alhamdulillah terpilih. Karena itu foto Pak Dadan terpampang di ruangan saya, sebagai kenangan."
Memang Kota Banjarbaru pernah meraih Top 9 Inovasi Pelayanan Publik Terbaik Tahun 2014 dalam ajang Penghargaan Sinovik yang diselenggarakan KemenPANRB. Kebetulan saya menjadi pendukung sejak awal ajang penghargaan Sinovik ini dan menjadi salah satu juri independen atau disebut Tim Panel Independen saat itu. Inovasi Kota Banjarbaru yang diberi judul Pembangunan Jalan Besar Tanpa Bayar, memang dari sisi judul menimbulkan banyak pertanyaan. "Ini inovasi maksudnya apa?" Justru dari ketidakjelasan inilah, kami Tim Juri Independen tertantang menggali informasi.
Ternyata inovasi ini sederhana yaitu proyek pembangunan jalan baru dan pelebaran jalan menjadi jalan yang berukuran besar. Tetapi keistimewaannya terletak pada proses pembangunan jalan besar ini. Kalo di tempat lain, proyek pembangunan atau pelebaran jalan meski terkendala pengadaan lahan untuk jalan. Di banyak tempat, ganti rugi proyek banyak ditolak dan ditentang warga, hingga tak jarang jadi konflik dan masuk pengadilan.
Di Kota Banjarbaru lain cerita, justru pemerintah kota berhasil membangun jalan besar dan panjang tanpa uang ganti rugi lahan dari pemerintah. Tempatnya di Kecamatan Landasan Ulin. Program ini sukses berkat keuletan dan ketekunan Camatnya Nadjmi Adhani, yang secara sabar berkeliling ke rumah-rumah warga dan berdiskusi menyakinkan warga terkait tujuan dan manfaat program ini.
Alhasil, Pemerintah Kecamatan Landasan Ulin bersama-sama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Forum RT/RW dan Tokoh Masyarakat Kecamatan Landasan Ulin berhasil melaksanakan kegiatan "Pembangunan Jalan Besar Tanpa Bayar" untuk membuka akses jalan baru maupun melakukan pelebaran jalan yang sudah ada di sekitar wilayah Kecamatan Landasan Ulin dengan hibah masyarakat tanpa ganti rugi. Kenapa masyarakat rela menghibahkan sebagian lahannya untuk pembangunan jalan ini?
Ternyata sang camat berhasil menyakinkan warga, bahwa dengan membuka akses jalan baru dan pelebaran jalan, maka nilai jual tanah-tanah dikawasan tersebut menjadi tinggi. Dan belakangan memang terbukti lahan disekitar wilayah ini nilainya sampai sekitar sepuluh kali lipat sebelum ada akses jalan. Program pembangunan model partisipatif seperti inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi wilayah lain.
Pertemuan di Kota Tarakan memang berlanjut dengan kunjungan saya ke kantor Walikota Banjarbaru, diantara tugas lain kunjungan dinas saya di Kalimantan Selatan. Di Balaikota Banjarbaru, Walikota Nadjmi Adhani bersama Wakilnya mengumpulkan seluruh Kepala Dinas/Badan/Kantor dan Camat se-Kota Banjarbaru. Kami berdiskusi banyak tentang Ombudsman RI, Pelayanan Publik, dan Pengelolaan Pengaduan, termasuk Inovasi Pelayanan Publik.
Waktu itu ada cerita menarik, karena Walikota Nadjmi Adhani tiba-tiba menyampaikan sesuatu. "Pak ini ada Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Jaya, ingin turut beraudiensi dengan Bapak, apakah diijinkan". Saya mempersilahkannya. Rupanya Kapolres Banjarbaru ini, ingin menyampaikan inovasi layanan publik yang diterapkannya Polres Banjar Baru yaitu Siharat. Siharat yaitu flatform aplikasi pelayanan publik yang dikembangkan Polres Banjarbaru meliputi berbagai layanan publik polres berbasis online, pengaduan masyarakat juga termasuk aplikasi "panic button" atau tombol darurat bagi warga di Banjarbaru. Kalo di Polda Kalsel ada aplikasi "Sasirangan", maka di Polres Banjarbaru dilengkapi aplikasi "Siharat."
Walikota Nadjmi Adhani pun turut mengapresiasi inovasi layanan publik Polres Banjarbaru ini. Sambil bergurau, dia menyampaikan berkat Siharat dan inovasi Polres bahwa popularitas Kapolres AKBP Kelana Jaya sudah menjadi saingan beratnya kalo nyalon Walikota Banjarbaru. Kelana Jaya pun menanggapi dengan bercanda bahwa itu bukan tidak mungkin tetapi dia juga masih ingin berkarir meraih bintang di institusi Polri.
Saya menyadari tentu bukan hanya karena faktor inovasi jalan besar saja, seorang Nadjmi Adhani bisa loncat dari Camat langsung jadi Walikota. Memori yang beliau sampaikan pada saya adalah cara seorang pribadi yang berjiwa besar menghargai peran orang lain meskipun sesungguhnya kecil, tapi baginya dimaknai penting dan berarti. Saya yakin justru cara seorang Najdmi Adhani yang selalu menghargai setiap peran sekecil apapun dari orang lain bagi hidupnya, menjadi hal besar dan penting dihadapan orang yang melakukannya. Sifat Itulah yang membuat Najdmi Adhani, melekat di hati rakyatnya, warga Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Selamat jalan sahabatku Drs. H. Nadjmi Adhani, M.Si., sahabat yang mengajarkan menghargai dan mementingkan hal kecil agar diperhatikan. Di waktu-waktu akhir perjalananmu mengajak warga untuk waspada dan terapkan protokol kesehatan untuk memerangi wabah pandemi Covid-19. Engkau sendiri membuktikan bahwa mahluk kecil ini memang berbahaya dan pembawa maut. Selamat jalan sahabatku, Allah SWT memanggilmu semoga engkau damai di samping-Nya. Kami mengenangmu, mengenang kebaikanmu, mengenang jasa-jasamu, semoga Allah SWT membalas kebaikanmu. Aaminn...YRA (*)