Belajar dari Buku “Jejak Sang Investigator†Karya Insan Ombudsman RI
Di tahun 2020, sejumlah Asisten Ombudsman RI yang tergabung dalam Komunitas Cakra atau Alumni Pusdiklat Investigasi menerbitkan satu buku yang diberi judul "Jejak Sang Investigator". Buku berjumlah 146 halaman dengan cover  berwarna cokelat tua ini setidaknya menceritakan sejumlah peristiwa, kasus, dan masalah unik yang dihadapi oleh sejumlah Asisten Ombudsman dalam menangani Laporan dugaan maladministrasi.
Dalam buku ini, sebanyak 21 kasus atau problem maladministrasi coba diangkat oleh para penulis. Mulai dari persoalan pertambangan, adminduk, pertanian, pelayanan publik dasar, pendidikan, sampai kasus pungli dan korupsi. Semuanya diulas cukup apik dan disajikan secara menarik dari berbagai sudut pengalaman para penulisnya.
Misalnya saja tulisan dari Arya Wiguna yang berjudul "Sapi di Pusara Maladministrasi" yang menceritakan tentang dugaan pungli pada pengadaan sapi di salah satu daerah di provinsi NTB, yang sebelum diinvestigasi oleh tim Ombudsman RI Perwakilan, seolah dibiarkan tanpa pengawasan, bahkan terindikasi korupsi dan mengakibatkan kerugian negara. Akhirnya setelah dilakukan pemeriksaan lapangan dengan cara menyamar dan dengan teknik serupa intelijen, Ombudsman RI berhasil mengungkap kasus tersebut dan telah mendapatkan perbaikan sistem pada proses pengadaannya.
Kasus unik lainnya dituliskan oleh Fernandez Jaya yang merupakan Asisten Ombudsman RI Perwakilan Papua. Ia memberi judul pada tulisannya yakni "Pelapor Idol" dimana Fernandez mencoba berbagi cerita dari sisi Pelapor yang laporannya bisa diselesaikan oleh Ombudsman, dan akhirnya menjadi Pelapor "langganan", bahkan menjadi sering berkunjung ke kantor Ombudsman RI, baik untuk melapor atau hanya sekedar curhat.
Berbagai tulisan lainnya seperti; "Moggy Terdampar Pungli" oleh Dhuha, "Dari Hotel Sampai Kandang Ayam" oleh Dahlena, "Berhenti Karena Kanopi" oleh Maria Ulfa, "Taktik Pelayanan Publik" oleh Irma dan "Tanda Terima yang Berharga" dari Nico menjadi tulisan-tulisan yang asyik untuk dibaca dengan bahasa sederhana dan bermaksud menangkap fakta dan sisi berbeda dari sebuah cerita investigasi menjadi suguhan yang menarik.
Memang sebagian besar isi buku berisi catatan-catatan tangan "Sang Investigator" Ombudsman RI dalam sepak terjangnya melakukan investigasi kasus-kasus maladministrasi pelayanan publik. Dengan gaya dan metode unik, melakukan fungsi pengawasan semata-mata demi kualitas validitas temuan, kebenaran, fakta dan akurasi dalam penggalian laporan maladministrasi pelayanan publik Â
Setidaknya catatan tersebut juga menggambarkan secara singkat proses penanganan Laporan pelayanan publik yang terjadi dan bagaimana Asisten Ombudsman beraksi dalam "menemutunjukan" maladministrasi dari berbagai sektor yang ada.
Buku ini adalah Based On True Story atau bisa disebut sebagai tuangan dari pengalaman, petualangan, dan dedikasi dalam menangani sejumlah Laporan maladministrasi pelayanan publik yang bukan hanya dengan cara-cara biasa (tradisional) maupun kontemporer. Akan tetapi juga menggunakan taktik, strategi, penjejakan, penyusupan, penyamaran, penyurupan layaknya detektif atau bahkan serupa intelijen.
Selain memang tugas Asisten Ombudsman RI dituntut mampu menemutunjukan maladministrasi dalam pelayanan publik, setiap tindakan yang dilakukan harus dapat dibuktikan secara akurasi, ketepatan, validitas dan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Meski demikian, "tak ada gading yang tak retak". Buku ini juga masih memiliki sejumlah kekurangan, baik dari segi beberapa cerita yang belum lengkap dan jumlah penulis yang masih 8 orang saja, menjadi hal yang disayangkan dengan jumlah total Asisten Ombudsman RI yang sudah lebih dari 300 orang.
Akan tetapi, catatan para penulis yang menyatakan bahwa karya sederhana mereka semata-mata agar publik dan penyelenggara tahu bahwa Ombudsman RI selama ini bekerja dengan seluruh upaya baik: tenaga, pikiran, profesional, rencana yang matang, kerja sama solid, bergerak dari segala arah, dengan tetap berpegang dengan etika, dan aturan hukum. Adalah sesuatu yang baik untuk sebuah permulaan, ditambah pesan dari Anggota Ombudsman RI, Prof. Adrianus Eliasta Meliala yang memberikan kata pengantar pada buku ini yang seolah menguatkan bahwa kerja-kerja Asisten Ombudsman yang dinilai berat namun unik dan menarik.
Menurut Prof. Adrianus Meliala, tulisan dalam buku ini mengisahkan pengalaman-pengalaman riil dari para Asisten Ombudsman yang bertugas di berbagai Perwakilan Ombudsman RI saat melakukan pencarian data secara tidak biasa. Mengapa harus dengan cara yang tidak biasa? Simpel saja: tidak ada orang yang bisa diwawancara, tidak ada dokumen yang bisa diverifikasi, serta juga tidak ada lokasi yang bisa didatangi secara terbuka. Pengalaman para penulis seluruhnya menarik dan unik. Ada yang menegangkan (khususnya ketika hendak mengungkap perilaku oknum pejabat publik yang gemar meminta uang), namun ada yang lucu maupun ironis juga. Pengalaman menunggu, misalnya, menjadi suatu hal yang tak terelakkan. Sungguh suatu pengalaman "basah" khas lapangan. Ada yang diutarakan dengan gaya bertutur, ada pula yang memakai gaya orang ketiga yang tengah melaporkan berita.
Bagi penulis, kehadiran buku ini memberikan semangat kepada masyarakat luas untuk berani melapor atas kasus-kasus maladministrasi pelayanan publik dan bagi seluruh Insan Ombudsman RI, khususnya Asisten Ombudsman RI untuk berani menyelesaikan Laporan. Semua itu dilakukan sebagai jalan untuk memperbaiki pelayanan publik di Indonesia dan bahu membahu membangun peradaban Indonesia yang lebih baik dari segala sisi.