• ,
  • - +

Kabar Perwakilan

Ombudsman atensi penanganan kesehatan korban gempa Lombok
PERWAKILAN: NUSA TENGGARA BARAT • Kamis, 02/08/2018 •
 
Petugas kesehatan saat mengecek kesehatan Mbun bayi berusia 6 bulan di posko pengungsian gempa bumi di Dusun Sajang, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. (Foto Antaranews/Iman).

Sembalun (Antaranews NTB) - Ombudsman Perwakilan Nusa Tenggara Barat (NTB) menilai pelayanan kesehatan yang dilakukan aparat medis di tenda-tenda pengungsian korban gempa bumi di Kecamatan Sembalun dan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur berjalan cukup baik.

"Dari pantauan kami semua satuan tenaga medis dari RSU Kota Mataram, RSUD dr. Soedjono dan RSUP NTB, terpantau ikut aktif bersama-sama membantu petugas kesehatan pascarusaknya Puskesmas Sembalun," kata Kepala Perwakilan Ombudsman NTB, Adhar Hakim seusai meninjau posko-posko kesehatan di sejumkah lokasi pengungsian di Kecamatan Sembalun dan Sembalia, Kabupaten Lombok Timur, Rabu.

Ia menuturkan, kesigapan aparat medis ditenda pengungsian layak diacungi jempol. Apalagi, mereka hadir juga dengan dibekali stok obat yang mencukupi. Sehingga, para pengungsi yang menjadi korban gempa mampu tertangani dengan baik.

"Kita salut kepada paramedis yang sudah dengan cepat bekerja membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah," ujarnya.

Ia menceritakan banyak di antara para pengungsi mengeluhkan penyakit sesak nafas. Bahkan, ada pula pengungsi yang lagi hamil.

"Alhamdulillah, semuanya tertangani dengan baik dengan kondisi obat yang tercukupi. Makanya kita atensi kinerja tim medis ini," ucapnya.

Menurut dia, kendati antisipasi pelayanan medis dirasa cukup baik. Namun, sebaiknya renovasi Puskesmas Sembalun harus segera dilakukan oleh pemerintah daerah.

Pasalnya, pelayanan pengungsi tidak bisa terus dilakukan di tenda darurat. Dikarenakan, daya tahan tubuh para pengungsi yang sakit juga rentan menjadi persoalan.

"Dari hasil diskusi saya dengan Kepala Puskesmas Sembalun, dia khawatir akan kondisi daya tahan tubuh pengungsi yang kini dirawat di tenda pengungsian, hampir pasti akan bisa melemah jika tidak ada penanganan lebih intensif di bangunan yang representatif," tegasnya.

Oleh karena itu, mendengar keluhan dari Kepala Puskesmas setempat. Adhar langsung menghubungi Staf Ahli Gubernur NTB bidang kesehatan, dr Nurhandini Eka Dewi. Beruntung, koordinasi itu membuah hasil.

Karena itu, ia berharap renovasi Puskesmas Sembalun akan dialokasikan melalui dana cadangan yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dimiliki Dinas Kesehatan yang bersumber dari APBN tahun 2018.

"Inilah yang kita dorong percepatan renovasi pembangunan Puskesmas Sembalun itu secepatnya. Tapi, sambil sambil menunggu renovasi Puskesmas, maka sebaiknya penempatan perawatan pengungsi yang kini tengah dirawat harus segera dipindahkan ke Pustu terdekat yang memiliki bangunan permanen," jelasnya.

Selain itu, ia juga mendorong penanganan korban yang dirawat di Puskesmas darurat harus menjadi perioritas utama. Mengingat, jika dibiarkan penanganannya dikhawatirkan akan menjadi persoalan di kemudian hari.

"Kami juga melihat, para pasien yang dirawat di tenda pengungsian kebanyakan adalah lansia, ibu-ibu yang melahirkan dan anak-anak kecil. Bagi, Ombudsman, mereka harus dipastikan kesehatannya agar bisa pulih seperti semula," katanya.

Akibat gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, NTB, Minggu (29/7), berdasarkan laporan sementara BPBD NTB sebanyak 16 orang meninggal dunia, termasuk di antaranya satu warga Malaysia, dan satu warga Makassar, Sulawesi Selatan.

Selain korban meninggal dunia, gempa bumi tersebut juga menyebabkan ratusan orang mengalami luka berat dan ringan. Seluruhnya tersebar di Kecamatan Sambelia, dan Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, serta di Kabupaten Lombok Utara. (*)

Pewarta : Nur Imansyah

Editor: Nur Imansyah

COPYRIGHT © ANTARA 2018


Loading plugin...



Loading...

Loading...
Loading...


Loading...
Loading...